PAHALA MENGALIR UNTUK ANDA....
Disebutkan dalam Shahih Muslim
--dari hadits Abu Mas'ud Al-Anshari Radhiyallahu 'anhu, dari Nabi Shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam, bahwa beliau bersabda. Artinya: "Barangsiapa yang menunjukkan kepada suatu kebaikan, maka baginya pahala seperti orang yang melaksanakannya."
______ [ Semoga kita dimudahkan untuk mengajarkan kebaikan ] ____________

Rabu, 31 Desember 2008

Muharram (Suro) Bukan Bulan Keramat


Oleh: Ustadz Abu Nu’aim Al-Atsari

Muharram (Suro) dalam kacamata masyarakat, khususnya Jawa, merupakan bulan keramat. Sehingga mereka tidak punya keberanian untuk menyelenggarkan suatu acara terutama hajatan dan pernikahan. Bila tidak diindahkan akan menimbulkan petaka dan kesengsaraan bagi mempelai berdua dalam mengarungi bahtera kehidupan. Hal ini diakui oleh seorang tokoh keraton Solo.
Bahkan katanya : “Pernah ada yang menyelenggarakan pernikahan di bulan Suro (Muharram), dan ternyata tertimpa musibah!”. Maka kita lihat, bulan ini sepi dari berbagai acara.

Selain itu, untuk memperoleh keselamatan diadakan berbagai kegiatan. Sebagian masyarakat mengadakan tirakatan pada malam satu Suro (Muharram), entah di tiap desa, atau tempat lain seperti puncak gunung. Sebagiannya lagi mengadakan sadranan, berupa pembuatan nasi tumpeng yang dihiasi aneka lauk dan kembang lalu dilarung (dihanyutkan) di laut selatan disertai kepala kerbau. Mungkin supaya sang ratu Pantai Selatan berkenan memberikan berkahnya dan tidak mengganggu. Peristiwa seperti ini dapat disaksikan di pesisir pantai selatan seperti Tulungagung, Cilacap dan lainnya.

Acara lain yang menyertai Muharram (Suro) dan sudah menjadi tradisi adalah kirab kerbau bule yang terkenal dengan nama kyai slamet di keraton Kasunanan Solo. Peristiwa ini sangat dinantikan oleh warga Solo dan sekitarnya, bahkan yang jauhpun rela berpayah-payah. Apa tujuannya ? Tiada lain, untuk ngalap berkah dari sang kerbau, supaya rizki lancar, dagangan laris dan sebagainya. Naudzubillahi min dzalik. Padahal kerbau merupakan symbol kebodohan, sehingga muncul peribahasa Jawa untuk menggambarkannya : “bodo ela-elo koyo kebo”. Acara lainnya adalah jamasan pusaka dan kirab (diarak) keliling keraton.

Itulah sekelumit gambaran kepercayaan masyarakat khususnya Jawa terhadap bulan Muharram (Suro). Mungkin masih banyak lagi tradisi yang belum terekam disini. Kelihatannya tahayul ini diwarisi dari zaman sebelumnya mulai animisme, dinamisme, Hindu dan Budha. Ketika Islam datang keyakinan-keyakinan tersebut masih kental menyertai perkembangannya. Bahkan terjadi sinkretisasi (pencampuran). Ini bisa dicermati pada sejarah kerajaan-kerajaan Islam di awal pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya, hingga dewasa ini ternyata masih menyisakan pengaruh tersebut.

Tentang 'Koreksi Kepercayaan Seputar Muharram (Suro)' bisa dilihat di http://berbagilentera.wordpress.com

Dikutip sebagian dari :
[Buletin Dakwah Al-Furqon Edisi 6 Th 1 Muharram 1422/Maret-April 2002. Diterbitkan Lajnah Dakwah Ma’had Al-Furqon, Alamat Ponpes Al-Furqon Al-Islami Srowo, Sidayu Gresik]
Sumber : http://www.almanhaj.or.id/content/2036/slash/0

Senin, 29 Desember 2008

Puasa Asyura Menghapus Dosa Setahun


Bulan Muharram adalah bulan yang dinanti-nanti umat Islam. Di dalamnya terdapat amalan-amalan yang membuahkan ganjaran pahala yang berlipat. Semestinya kita berlomba-lomba untuk meraih nikmat yang dibagikan Alloh tersebut. Sangat sayang bila hanya dipandang sebelah mata. Diantara amalan di dalam bulan Muharram adalah Puasa Asyura. Selamat menyimak dan kabari karib kerabat Anda tentang kabar gembira ini. Semoga kita dimudahkan untuk mengamalkannya.

Pertanyaan
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya: Apakah hukumnya puasa Asyura?

Jawaban

Tatkala Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang ke Madinah, beliau mendapati orang-orang Yahudi berpuasa pada hari kesepuluh bulan Muharram, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya : Saya lebih berhak dengan Musa daripada kalian!, lalu beliau mengerjakan puasa pada hari itu dan memerintahkan muslimin untuk berpuasa padanya” [Diriwayatkan oleh Bukhari : Kitab Shaum/Bab Puasa Hari Asyura 2004. Muslim Kitab Syiyam/Bab Puasa Hari Asyura 1130]

Dalam hadits yang diriwayatkan Ibnu Abbas Radhiyalahu ‘anhuma yang disepakati keshahihannya bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa pada hari Asyura dan menyuruh untuk berpuasa padanya. Ditanyakan kepada beliau tentang keutamaan puasa hari itu, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab :

“Artinya : Aku mengharap kepada Allah untuk menghapuskan dosa setahun yang sebelumnya” [Diriwayatkan oleh Muslim : Kitab Shiyam/Bab Disukainya berpuasa tiga hari tiap bulan atau puasa di hari Arafah 1162]

Akan tetapi Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam sesudah itu memerintahkan untuk menyelisihi Yahudi dengan berpuasa satu hari sebelumnya yakni tanggal 9 Muharram atau satu hari sesudahnya yakni tanggal 11 Muharram.

Atas dasar itu, yang paling utama adalah berpuasa pada hari kesepuluh (10 Muharram) lalu merangkaikan satu hari sebelumnya, atau satu hari sesudahnya. Tambahan di hari kesembilan lebih utama daripada hari kesebelas.

Sebaiknya engkau, wahai saudaraku muslim, berpuasa hari Asyura, demikian juga hari kesembilan Muharram

[Majmu Fatawa Arkanul Islam edisi Indonesia Majmu Fatawa Solusi Problematika Umat Islam Seputar Akidah dan Ibadah, Oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Pustaka Arafah]
Sumber : http://www.almanhaj.or.id/content/1947/slash/0

Minggu, 28 Desember 2008

Kisah Pencari Kebahagiaan Spiritual


Teruntuk mereka yang membutuhkan ramuan penghilang dahaga spiritual, mengharapkan ketenangan jiwa, pengusir kekecewaan beragama, merasa hampa dan kesepian hidup, yang mengajarkan kasih sayang universal, agama yang paling sederhana; sempurna; mudah diterima akal; praktis, tanpa kependetaan dan misteri, mengajarkan makna dan arah kehidupan sampai ada apa setelah kematian, ajaran untuk semua lapisan sosial; untuk semua warna kulit hingga melahirkan persaudaraan yang mengesankan....

Berikut kami layangkan kepadamu sebuah kisah dari saudari kami yang dengan hidayah-Nya, memperoleh kesejukan dan kebahagiaan spiritual setelah memeluk agama penuh kebaikan, agama Islam. Perkenakanlah, beliau Bahria Amatullah yang akan menemanimu dalam beberapa menit ke depan, untuk menceritakan pengalaman rohaninya menjadi sosok wanita muslimah. Dan sampai di sini kami -sahabat berbagilentera- bertegur sapa, insyaAlloh kita akan berjumpa lagi di artikel-artikel pengobat kegelisahan spiritual lainnya. Inilah kisahnya.

Awal Mula Perjalananku
“Allah yang Maha Bijaksana menciptakanku sebagai seorang muslimah dari keturunan Eropa Timur yang tinggal di Amerika Serikat. Kupikir, unik juga bagi seorang wanita putih dari sebuah kota kecil di daerah Barat Tengah untuk menjadi seorang muslimah. Kedua dunia itu rasanya terpisah jauh. Sayangnya, Islam adalah agama yang paling disalahpahami. Secara tak adil kaum muslimin dihubungkan dengan terorisme, barbarisme, radikalisme, dan kekerasan.

Masa kanak-kanakku tidak luar biasa. Sebagai seorang penganut Katolik Roma, aku pernah dibaptis, menghadiri perjamuan suci pertama, melakukan pengakuan pertama, menghadiri misa, dan pelajaran-pelajaran agama. Ibuku secara anggun berusaha menjelaskan, namun penjelasannya kelihatan bodoh. Bagaimanapun, toh kami memercayai Tuhan.

Banyak hal yang kudengar tak bisa kupahami. Aku punya pertanyaan-pertanyaan yang tak seorang pun dapat menjawabnya, kecuali secara samar. Aku tidak memahami Yesus a.s. Apakah ia manusia atau Tuhan? Aku tidak percaya bila ada seorang manusia yang berjalan di atas air atau melakukan mukjizat. Bagiku itu kedengarannya seperti David Copperfield menggunakan ilusi untuk mengelabui penonton.

Usiaku Bertambah, Hidupku Makin Gelisah

Suatu sore pada musim panas, menjelang usia 14 tahun, aku memanjat atap rumah kami. Aku mengagumi kecantikan rembulan. Aku heran, bagaimana seseorang dapat melihat pemandangan itu dan tak memercayai Tuhan. Aku sudah tidak menganut agama apapun waktu itu. Semua yang kuketahui adalah bahwa aku memercayai satu pencipta dari semuanya, Raja pada Hari Pembalasan. Aku merasa ingin memenuhi naluri spiritual tersebut melalui amalan, tidak sekedar pengakuan. Hingga aku pun berjanji kepada Tuhan untuk mengabdikan hidupku guna membantu orang lain. Allah memberkahiku hari itu dengan suatu tujuan, tetapi aku kurang pengarahan.

Aku segera terperangkap dalam gerakan-gerakan liberal. Rasisme adalah fokus utamaku. Juga, pendirian Katolik mengenai aborsi kedengarannya kolot. Adalah absurd bahwa seorang lelaki tua yang secara tidak alami membujang seumur hidup harus mengatur kehidupan seks kami. Khotbah untuk saling 'mengasihi' samar dan kekurangan isi.

Ketika aku berusia 17 tahun, aku pindah untuk hidup mandiri di kota. Selama beberapa tahun hidupku merupakan mimpi buruk. Aku goncang, tak tahu arah yang harus kutuju. Aku melayang-layang dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain, dari satu lelaki ke lelaki lain, dari satu tempat ke tempat lain. Aku tak pernah puas dari selalu mencari sesuatu yang bisa membuatku hidup bahagia.

Jalan Kebahagiaan Itu Mulai Tampak
Akhirnya aku membaca biografi Malcom X. Dalam hidup dan pengajarannya, aku menemukan arah yang kucari dengan putus asa. Aku telah menangkap sekelumit jalan lurus. Karena karunia Allah, jalan lurus itu kusimpan dalam hatiku. Surat-surat Malcom yang ia tulis di Mekkah sangat menyentuhku. Aku belum tahu lagi saat itu apa yang harus kulakukan dengan pengetahuan yang baru kutemukan itu. Namun, kini aku punya landasan yang kokoh untuk berjuang.

Saat itu satu-satunya alasan aku tidak memeluk Islam adalah karena pandangan pro-ku terhadap aborsi dan miskonsepsiku tentang status wanita dalam Islam. Kupikir memeluk seperti suatu loncatan menuju kegelapan. Aturan Islam mengenai dua hal itu terlalu bagiku yang berpandangan bebas dan angkuh. Namun, aku juga belum mengetahui mengapa aturan Islam harus begitu. Aku belum mau meninggalkan prinsip-prinsipku yang kuanggap menyenangkan karena aku belum memiliki pengaturan yang benar tentang bagaimana pengaruh, aturan-aturan Islam atas keadaan fisik, emosi, kesehatan, mental, dan spiritiualku. Namun berhubungan dengan komunitas Islam melalui sebuah stasiun radio bersama KUCB. Akan mendengar beberapa penyiar muslim dan terkesan oleh ketegaran, komitmen, dan pengetahuan mereka. KUCB dikecam FCC.

Dengan bimbingan Allah yang Pengasih aku pergi ke stasiun itu untuk menawarkan bantuan. Di sana aku berjumpa dengan Imam Ako Abdul Samad, wakil pemimpin stasiun itu. Imam Ako bertanya apa yang ingin kulakukan. Ia antusias mendukung keinginanku untuk melawan rasisme. Ketika aku memulai usaha itu, ia berperan penting. Tanpa pamrih, ia memberikan waktu, nasihat, dorongan dan menawarkan pengarahan yang jelas.

Akhirnya Kebimbanganku Tuntas Sudah
Aku mulai mengajukan beberapa pertanyaan. Imam Ako mulai menjawab dengan menjelaskan bahwa Islam berarti berserah diri kepada Tuhan yang Maha Esa dan muslim berarti orang yang berserah diri kepada Tuhan yang Esa. Allah adalah pencipta semua makhluk. Dulu aku mengakui bahwa kita semua menyembah Tuhan; prinsip yang penting itu kembali kepadaku. Aku mulai terkesan oleh keindahan konsep Satu Tuhan. Aku segera memperoleh jawaban-jawaban yang mudah kumengerti. Aku tak pernah menerima konsep tritunggal. Sekarang aku tahu apa sebabnya.

Kebingunganku tentang Yesus a.s kini menjadi jelas. Ia bukan anak Tuhan. Tuhan jauh di atas realitas reproduksi seksual. Di samping itu, standar yang memberi Yesus a.s gelar istimewa 'anak Tuhan' lebih tepat bagi Adam a.s yang tidak mempunyai ibu dan ayah. Yesus a.s hanyalah seorang nabi yang diutus Tuhan. Mukjizat-mukjizat yang ia lakukan bukanlah usahanya sendiri, melainkan dilakukan Allah melalui dirinya.

Kini aku juga mengerti kesadaranku mengenai aborsi. Islam meletakkan semua unsur dalam perspektif yang benar. Seperti banyak wanita muda lainnya, aku juga tersesat dengan berpikir bahwa anti-aborsi merupakan ancaman bagi hak-hakku sebagai wanita. Masalahnya, jauh lebih besar dari itu. Masalah sebenarnya adalah kemerosotan masyarakat yang terus-menerus karena kemiskinan, rasisme, melemahnya lembaga keluarga dan ikatan perkawinan, kebencian pada diri sendiri, dan kurang hormatnya pada kehidupan manusia yang menyebabkan banyak kehamilan di luar rencana. Faktor-faktor inilah yang menjadi masalah sehingga seorang wanita mempertimbangkan untuk menghentikan kehidupan dalam tubuhnya.

Hidupku Berubah dengan Kebenaran yang Satu
Setiap kehidupan adalah berkah dari Allah. Hidupku berubah untuk selamanya setelah aku memperoleh kebenaran Islam. Kebenaran-kebenaran sederhana yang begitu kuat dan praktis. Islam telah mengisi kehampaan yang tidak bisa diisi ideologi, gerakan-gerakan politik, dan sekte-sekte agama. Hanya ada satu Tuhan. Kebenaran itu telah menggunting penyangkalan-penyangkalan dan kebohongan-kebohongan yang kupegang secara putus asa.

Apabila dikehendaki Allah, aku akan terus menulis dan menyiarkan apa yang kupelajari. Adalah penting untuk menghilangkan miskonsepsi-miskonsepsi tentang Islam. Islam bukanlah masyarakat teroris, tetapi suatu masyarakat luas yang berjuang demi kedamaian, keadilan dan hak-hak manusia atas nama Allah.

Jelas kini aku memeluk Islam bukan karena sesuatu atau seseorang, melainkan karena kehendak Allah. Karena apabila Allah berkata “jadilah”, maka jadilah. Semua makhluk diciptakan dalam keadaan berserah diri kepada Allah. Karena kegilaan dunia inilah, kita terjauh dari kebenaran ini, terpenjara dalam materialisme, dan sebagainya. Melalui Islam, kita akhirnya berhubungan kembali dengan sifat yang dengannya kita lahir.

Gereja Katolik Roma memberiku landasan spiritual untuk tumbuh. Islam mempercepat pertumbuhan itu. Dengan kata lain, gereja memberiku suatu rasa dan Islam menyediakan cita rasa penuh.”. Selesai.

Sumber: Santri-santri Bule, Kesaksian Muslim Amerika, Eropa, dan Australia oleh Prof. Dr. Deddy Mulyana, M.A., halaman 102-107, judul artikel: Bahria Amatullah – Langkah Menuju Cahaya

Kamis, 25 Desember 2008

Pacaran Bertiga


Secara fitroh, mulai muncul dalam diri anak-anak muda kita perasaan cinta dan kasih kepada lawan jenis. Para jejaka mulai berdegup kencang jantungnya ketika akan bertemu primadonanya. Sedang para gadis, belajar menghiasi pipi serta bibirnya dengan polesan merah, pertanda siap menyambut sang pujangga di depan gang sana.

Setelah keduanya bertemu di bawah rintikan hujan diterangi sinaran rembulan, jejaka itu mulai mengeluarkan keahliannya. Menggoda dan mencandai si gadis. Si gadis makin terpikat dan tambah erat menggandeng tangan lelaki itu. Entah sudah berapa banyak tangan lelaki yang telah dipegangnya. Tunggu dulu, ternyata mereka berdua tidak sendiri. Ada yang mendampingi mereka. Entah mulai kapan sosok itu membuntutinya. Memang benar, tidak ada orang pacaran hanya berdua saja. Pasti ada yang ketiga. Setan yang menjadikan indah dan menghiasi diri mereka dengan keindahan yang menutupi keburukan dari pacaran.

Maka jangan pernah merestui diri Anda dibuntuti setan ketika berpacaran. Solusi bijak hendak kami sampaikan kepada Anda. Bersegeralah dalam berpacaran Islami. Saya sendiri sungguh bersemangat untuk melakukannya. Yakni pacaran setelah menikah. Memang seperti mustahil, karena dalam benak kita muncul tanya jawab besar, bagaimana kita mengetahui pribadi si fulan jika kita tidak pernah menjajaki diri serta karakternya?

Kita mulai dari tahapan awal. Mencari sosok jejaka atau gadis idaman kita. Kemudian, cobalah cari identitas, kelakuan serta kepribadiannya. Apakah dia yang Anda maksud menjadi pasangan setia Anda? Bisa bertanya lewat saudara, teman karib, tetangga dan orang di sekitarnya. Diantara jawaban hasil investigasi Anda, akan didapatkan jati diri yang jelas tentangnya. Berbeda dengan pacaran lazimnya, dimana setiap pasangan berusaha menutup erat kekurangan mereka dengan topeng tebal, sehingga yang tampak hanyalah kesempurnaannya, sedang aibnya seakan tak pernah dianggap.

Hingga sampai Anda menikah dengannya, selanjutnya terserah Anda. Biasanya, mereka yang langsung menikah tanpa pacaran, sering salah tingkah ketika kali pertama bertemu di atas pelaminan. Pertanda malu-malu mau. Dan ini baik. Cintanya mulai mereka rajut ketika itu. Cinta pertama yang hanya ditujukan kepada pasangannya. Yang ada benar-benar cinta murni, cinta yang belum pernah ditumpahkan kepada siapapun. Dunia serasa milik mereka berdua. Cinta yang syar'i. Berawal dari pacaran yang syar'i. Pacaran setelah menikah. Dan berakhir dengan keluarga penuh sakinah. InsyaAlloh.

Apakah pacaran Anda, pacaran yang islami?

"Artinya : Jangan sekali-kali seorang laki-laki bersendirian dengan seorang perempuan, melainkan si perempuan itu bersama mahramnya" [Hadits Shahih Riwayat Ahmad, Bukhari dan Muslim].

“Cinta yang dibungkus dengan pacaran, pada hakikatnya hanyalah nafsu syahwat belaka, bukan kasih sayang yang sesungguhnya, bukan rasa cinta yang sebenarnya, dan dia tidak akan mengalami ketenangan karena dia berada dalam perbuatan dosa dan laknat Allah. Terlebih lagi jika mereka hidup berduaan tanpa ikatan pernikahan yang sah. Mereka akan terjerumus dalam lembah perzinaan yang menghinakan mereka di dunia dan akhirat”
( Ust Yazid bin Abdul Qodir Jawas, http://www.almanhaj.or.id/content/2080/slash/0 ).

Rabu, 24 Desember 2008

Dilema Perayaan Tahun Baru


Saudaraku, diantara nikmat terbesar dari Alloh adalah nikmat ditunjukkan jalan yang lurus. Jalan yang lurus ini telah ditetapkan sendiri oleh Alloh, Rabb Pemilik Alam Semesta. Bukan jalan yang bercabang, lagi jalan yang tercerai berai. Akan tetapi jalan yang satu. Sungguh siangnya seperti malam. Telah tampak atas kita jalan tersebut. Banyak kaum merindukannya. Cercaan dan hinaan justru membuat orang berganti haluan menujunya. Semua orang bisa merasakan kedamaian bersamanya. Bahkan orang yang benci sekalipun, akan kagum padanya. Hingga mereka pun mengikutinya. Itulah agama Islam.

Banyak yang mencibir, berusaha menghilangkan jati dirinya. Mencampuradukkan ajarannya dengan yang batil. Akan tetapi Islam akan terus terjaga oleh pemilik risalah itu sendiri, Alloh jua. Diantaranya, perayaan tahun baru. Orang-orang non muslim merayakan, kenapa pula kita orang muslim merayakannya? Entah perayaan Tahun Baru Masehi atau Tahun Baru Hijriyyah?

AlQuran dan Hadits Rosul telah mengajarkan kebaikan yang sempurna kepada umat manusia, termasuk di dalamnya hanya menjadikan Idul Fithri dan Idul Adha sebagai hari besar saja, tanpa memasukkan tahun baru dan perayaan lainnya sebagai perayaan umat Islam. Cukuplah atas kita AlQuran dan Hadits, menjadikan hidup tenang dan bahagia, yang selama ini dicari orang-orang ke sana ke mari, lewat pelatihan-dugem-pesta pora; padahal justru malah membinasakan.

Perayaan tahun baru akan menjadikan Anda menyerupai orang-orang non muslim. Padahal jelas kita dilarang menyerupai mereka dalam kekhususan mereka. Mengikuti mereka yang dhohir, maka batinpun lambat laun akan tergerus mengikutinya. Sungguh Anda telah mulia dengan keislaman Anda. Jangan mengganti emas dengan besi berkarat.

Sekali lagi, partisipasi dan senang atas perayaan tersebut justru membuat orang-orang non muslim tambah senang. Artinya menurut mereka, kita sebagai orang muslim seakan-akan menjadi ridho atas perayaan tersebut. Padahal jika perkara kekufuran kita ridhoi, maka azab yang dahsyat siap-siap menerkam kita. Maka, kasihanilah dirimu, jaga diri serta keluargamu dari azab yang bergolak. Dan ingatlah tidak ada toleransi dalam aqidah, bagimu agamamu dan bagiku agamaku.

Sekiranya Anda mengucapkan selamat atas perayaan hari-hari besar mereka, maka aduhai, Anda telah berbuat dosa besar, melebihi dosa zina, membunuh dan minum khamr. Kami tahu, Andalah yang paling jauh dan jijik dengan dosa-dosa besar tersebut.

Kami nasihatkan kepada kami sendiri serta para pembaca yang hatinya bersinar, ikutilah petunjuk Alloh dan RosulMu saja. Tengoklah awal penanggalan Hijriyyah di zaman Rosululloh dan para sahabat. Di dalamnya tidak ada satupun perayaan-perayaan besar di luar syariat. Oleh karenanya, mengapa dan kenapa kita menambahkan perayaan yang baru di dalam kalender Hijriyyah?

"Artinya : Sebagian besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kami beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran" [Al-Baqarah : 109].

"Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang yahudi dan nashrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu) ; sebagaimana mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin ; maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim" [Al-Maidah : 51].

"Artinya : Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih saying dengan orang-orang yang menentang Allah dan RasulNya" [Al-Mujadillah : 22].

"Dan janganlah bertolong-tolongan di atas berbuat dosa dan melampaui batas, bertakwalah kepada Allah karena sesungguhnya Allah amat pedih siksaanNya" [Al-Maidah : 2].

"Artinya : Sesungguhnya Allah telah menggantikan bagi kalian untuk keduanya dua hari yang lebih baik dari keduanya : Iedul Adha dan Iedul Fithri" [Hadits Shohih].

Umar bin Al-Khaththtab Radhiyallahu 'anhu berkata, "Janganlah kalian mengunjungi kaum musyrikin di gereja-gereja (rumah-rumah ibadah) mereka pada hari besar mereka karena sesungguhnya kemurkaan Allah akan turun atas mereka", dan berkata lagi, "Hindarilah musuh-musuh Allah pada momentum hari-hari besar mereka" [Keduanya riwayat Imam Al-Baihaqy].

Dan dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash Radhiyallahu 'anhu, dia berkata, "Barangsiapa yang berdiam di negeri-negeri orang asing, lalu membuat tahun baru dan festifal seperti mereka serta menyerupai mereka hingga dia mati dalam kondisi demikian, maka kelak dia akan dikumpulkan pada hari kiamat bersama mereka" [Syarh Sunan Abi Daud, syarh hadits no. 3512].

Rujukan: http://www.almanhaj.or.id/content/1263/slash/0
[Al-Lajnah Ad-Daimah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta, No. 21049, tgl. 12-08-1420]

Selasa, 23 Desember 2008

Merayakan Hari Raya Orang Kafir


Oleh: Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan

Sebentar lagi, Natal akan tiba, begitupula perayaan-perayaan lainnya. Artinya, kaum muslimin dibingungkan tentang pertanyaan seputar perayaan ini. Semoga artikel ini dapat mencerahkan. Dari saya, selamat membaca...

Hukum Ikut Merayakan Pesta, Walimah (Pesta Pernikahan,-peny), Hari Bahagia Atau Hari Duka Mereka Dengan Hal-Hal Yang Mubah Serta Berta'ziyah Pada Musibah Mereka.

Tidak boleh memberi ucapan selamat (tahniah atau ucapan belangsungkawa ta'ziyah) kepada mereka, karena hal itu berarti memberikan wala' (loyal) dan mahabbah (kecintaan) kepada mereka. Juga dikarenakan hal tersebut mengandung arti pengagungan (penghormatan) terhadap mereka. Maka hal itu diharamkan berdasarkan larangan-larangan ini. Sebagaimana haram mengucapkan salam terlebih dahulu atau membuka jalan bagi mereka.

Ibnul Qayyim berkata, "Hendaklah berhati-hati jangan sampai terjerumus sebagaimana orang-orang bodoh, ke dalam ucapan-ucapan yang menunjukkan ridha mereka terhadap agamanya. Seperti ucapan mereka, "Semoga Allah membahagiakan kamu dengan agamamu", atau "memberkatimu dalam agamamu", atau berkata, "Semoga Allah memuliakanmu". Kecuali jika berkata, " Semoga Allah memuliakanmu dengan Islam", atau yang senada dengan itu. Itu semua tahniah dengan perkara-perkara umum.

Tetapi jika tahni'ah itu dengan syi'ar-syi'ar kufur yang khusus milik mereka seperti hari raya dan puasa mereka, dengan mengatakan, "Selamat hari raya Natal" umpanya atau "Berbahagialah dengan hari raya ini" atau yang senada dengan itu, maka jika yang mengucapakannya selamat dari kekufuran, dia tidak lepas dari maksiat dan keharaman. Sebab itu sama halnya dengan memberikan ucapan selamat terhadap sujud mereka kepada salib ; bahkan di sisi Allah hal itu lebih dimurkai daripada memberikan selamat atas perbuatan meminum khamr, membunuh orang atau berzina atau sebangsanya.

Banyak sekali orang yang terjerumus dalam hal ini tanpa menyadari keburukannya. Maka barangsiapa memberikan ucapan selamat kepada seseorang melakukan bid'ah, maksiat atau kekufuran maka dia telah menantang murka Allah. Para ulama wira'i (sangat menjauhi yang makruh, apalagi yang haram), mereka senantiasa menghindari tahni'ah kepada para pemimpin zhalim atau kepada orang-orang dungu yang diangkat sebagai hakim, qadhi, dosen, atau mufti ; demi untuk menghindari murka Allah dan laknat-Nya.[Ahkam Ahli Dzimmah, tahqiq Dr Subhi Shalih, 1/205-206]

Dari uraian tersebut jelaslah, memberi tahniah kepada orang-orang kafir atas hal-hal yang diperbolehkan (mubah) adalah dilarang jika mengandung makna yang menunjukkan rela kepada agama mereka. Adapun memberikan tahni'ah atas hari-hari raya mereka atau syi'ar-syi'ar mereka adalah haram hukumnya dan sangat dikhawatirkan pelakunya jatuh pada kekufuran.

[Disalin dari kitab At-Tauhid Lish-Shaffil Awwal Al-Aliy, Edisi Indonesia, Kitab Tauhid 1, Penulis Dr Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, Penerbit Darul Haq]

Sumber : http://www.almanhaj.or.id/content/1709/slash/0

Senin, 22 Desember 2008

Ibuku, Surgaku


Saya tidak kuasa untuk menulis tentang kasih Ibu kepada saya. Saya katakan, bahwa seandainya saya menggotong ibu saya dari Malang sampai tanah suci Mekkah untuk menunaikan ibadah haji, sungguh belum bisa menggantikan kebaikannya terhadap saya. Ibu, saya berusaha, agar takkan sedetikpun membuat hati Ibu sedih. Ibu melahirkanku, dalam keadaan susah di atas susah. Mendidikku dengan sekuat tenaga, entah apakah Ibu ketika itu memikirkan kondisinya sendiri? Ketika saya kecil hendak beol, Ibu menghentikan makannya, dan beralih membantu saya masuk ke kamar mandi hingga membersihkannya sendiri dengan tangannya.

Sekarang, tawa yang diinginkannya dari hiburan kita, untuk menggantikan isak tangisnya dulu ketika merawat kita dari buaian, justru tidak terjadi. Kita benar-benar menjadi anak yang keras dan kaku kepada beliau. Bila disuruh, terkadang kita menahannya bahkan membentaknya. Bila berkata terkadang kata-kata kita bukan kata-kata pilihan, sehingga hatinya tambah tersayat dan terluka.

Sekarang, kita lebih memilih jauh darinya. Memilih kerja di luar kota, yang jauh dari rumah Ibu. Subhanalloh, seakan-akan hati kita telah mati. Wahai para anak, Ibumu setiap hari menangisimu, merindukanmu, mendoakanmu! Sedang engkau tinggal jauh dari Ibumu, bersenang-senang dengan anak dan keluargamu, bekerja dan hidup di rumah mewah, tanpa pernah memikirkan nasib Ibumu, kecuali setahun sekali, lebaran.

Seandainya, ada seteguk tehHangat engkau seduhkan kepada Ibumu, Tuhanmu lebih ridho atasmu, ketimbang hari-harimu yang engkau habiskan memperbaiki penghidupanmu. Sekiranya dulu engkau pernah melakukannya, sekarang tidak lagi, pasti ada yang hilang dari keceriaan Ibumu. Sekiranya engkau menuangkannya, sedang orang lain yang memberikan kepada Ibumu, tentu Ibumu tahu bahwa sepertinya engkaulah yang menuangkannya dan engkau berada di balik tabir. Sungguh dalam firasat hati Ibumu.

Wahai anak, lebih afdhol mana menyibukkan diri dengan sholat sunnah atau memijat dan menunggui Ibumu? Lebih baik mana jihad fi sabilillah yang tidak wajib dengan berbakti? Lebih baik mana engkau tetap mengajar agama kepada anak didikmu atau meninggalkannya sebentar untuk menyambut panggilan Ibumu, sekedar memberi makan anak ayam peliharaan Ibumu?

Cobalah Anda, sebagai anak menjawabnya. Dan apakah Anda sudah berbakti kepada Ibu Anda? Tunjukkanlah kepada kami, yang mana bakti Anda tersebut? Semoga bisa dipelajari dan ditiru para pembaca lain. Atau mungkin ungkapan cinta Anda kepada Ibu Anda? Selamat menanggapi...

Suara Hati Lelaki

Suara Hati LelakiWanita pujaan sungguh menjadi idaman. Banyak kriteria yang dicari oleh para lelaki untuk menjadi wanita pendamping seumur hidup. Wanita yang didambanya itu besar harapan laksana butiran emas diantara banyak butiran pasir. Seorang wanita yang selalu beri'tikad baik menjadi wanita sesungguhnya. Maka bila ditawarkan seorang wanita kepada para lelaki, maka dia akan mengira-ngira, apakah wanita itu tetap sayang dengan saya, apabila saya menikahinya?

Banyak tipikal wanita menurut pandangan kami. Ada wanita muda yang berpakaian sebagaimana kita lihat sekarang, manja, cantik, pintar, kaya, menor, berlenggak-lenggok, dan sebagainya. Tapi apakah ini pilihan para lelaki dewasa, yang benar-benar menginginkan wanita dewasa baik akal serta perilakunya?

Coba kita renungkan, jika saya menikahi wanita genit, maka saya mengkhawatirkan dia, di saat saya meninggalkannya. Jangan-jangan dia bermain mata dengan lelaki lain. Karena kebiasaannya sewaktu masih gadis dulu. Bagaimana pula jika saya menikahi wanita matre, wanita berpakaian ketat dan terbuka, wanita beraroma harum sampai sejauh jarak mata memandang, wanita menebar senyum dan pandangan, wanita suka obral peluk; peluk laki sana, peluk laki sini; wanita cerawakan, dan wanita-wanita lain yang kurang bisa menjaga diri?

Maka para lelaki, akan berpikir sangat keras. Karena mereka akan mengambil anak gadis dari keluarga tertentu, yang akan menjadi bagian dari keluarganya, yang mana gadis tersebut haruslah terhormat dan mengerti tata susila. Dan yang dapat memenuhi kriteria ini sepertinya adalah para wanita yang taat beragama. Kami, para lelaki, condong kepada wanita seperti ini. Mengapa?

Kami berpikir ke depan disertai pengamatan banyak kasus. Keluarga berantakan, anak durhaka, suami kurang senang di rumah, nama baik keluarga tercemar, mertua kurang simpati, diantaranya akibat istri yang tidak berperan baik layaknya seorang istri. Dan ini fakta. Anda pun mungkin sependapat dengan saya.

Istri bekerja di luar rumah, dengan alasan menambah penghasilan keluarga. Sedang anaknya ditinggal sendiri bersama televisi dengan acaranya yang tambah hari tambah merusak. Dia sedikit mendidik anaknya dengan pendidikan agama dan keterampilan, sehingga anaknya menjadi liar dan bergaul dengan komunitas yang salah. Dia pulang dari mall, terkadang menghabiskan uang suaminya, pulang dalam keadaan penuh peluh, ketika suami datang, dia menyambutnya dengan penampilan ala kadarnya, padahal penampilannya tadi di mall, sungguh mengundang ketakjuban semua lelaki.

Tentu bukan sebatas kesalahan istri, terkadang suami juga berperan menjadikan hancurnya sebuah keluarga. Akan tetapi sekarang waktunya, para lelaki menilai sebagian para istri. Dan tidak mengapa para wanita berbicara tentang kekurangan suaminya. Sebagai nasihat untuk para calon suami. Kami siap mendengarkannya dan akan belajar banyak dari penuturan Anda; para istri yang telah menahun berkeluarga. Semoga kami berbenah menjadi suami yang baik dan Anda menjadi istri yang baik pula. Ya Rabb, anugerahkanlah keluarga kami berupa keluarga penuh sakinah, mawaddah, warrahmah. Amin.

Silahkan para istri berkomentar...termasuk Anda yang ingin menanggapi artikel ini.

Duhai Sholat Subuh


Kita bangun pagi, beranjak dari tempat tidur, langsung berkemas diri, masuk ke kamar mandi untuk segera membersihkan diri. Selesainya, menyiapkan sarapan dan tak lupa membangunkan anak untuk berangkat sekolah. Sampai tiba waktunya, suami dan anak pergi dengan langkah semangat, menatap hari penuh pesona, mencari rizki dan menuntut ilmu. Ada yang terlupa? Bukankah ada yang lebih penting dari itu semua? Sholat subuh, tidak mereka indahkan...

Sering kita melihat sampai mengelus dada, para orang tua yang menginginkan sukses anaknya, suami yang mencintai istrinya, para mahasiswa yang sangat intelek, bahkan para pejabat, suka menghindar bila diserang dengan pertanyaan, “Apakah Anda sudah pergi melaksanakan Sholat Subuh berjamaah di masjid?” Mereka berkilah, “Sebentar dulu, ada urusan yang lebih mendesak”.

Kenapa kita, para ahli pikir, ahli dunia, tidak mengetahui besarnya manfaat Sholat Subuh bagi kehidupan kita? Anda sudah menghabiskan banyak waktu Anda untuk mempelajari ilmu dunia, memikirkan strategi bagaimana Anda bisa mendapat untung yang sangat banyak dari perusahaan Anda, tapi mengapa Anda menganggap sepele urusan Sholat Subuh?

Artinya : “Shalat yang paling berat bagi orang-orang munafik adalah shalat isya’ dan shalat subuh" [Bukhari & Muslim].

Artinya : Barang siapa yang shalat subuh berjama’ah lalu tetap duduk setelahnya, berdzikir kepada Allah sampai matahari terbit, lalu dia sholat dua raka’at maka dia mendapat pahala seperti pahala haji dan umrah sempurna, sempurna, sempurna” [Hadits Riwayat Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani rahimahullah].

Artinya : “Dua rakaat Fajar (qobliyyah Subuh) lebih baik dari dunia dan apa yang ada di dalamnya” [Muslim].

Berarti ada yang salah dari diri kita. Mari kita koreksi bersama. Sholat Subuh disyariatkan hanya 2 rakaat dan ganjarannya sungguh tak tak terduga. Tapi mengapa sholat yang ringan ini selalu terlewatkan? Alasan apa menurut Anda?