PAHALA MENGALIR UNTUK ANDA....
Disebutkan dalam Shahih Muslim
--dari hadits Abu Mas'ud Al-Anshari Radhiyallahu 'anhu, dari Nabi Shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam, bahwa beliau bersabda. Artinya: "Barangsiapa yang menunjukkan kepada suatu kebaikan, maka baginya pahala seperti orang yang melaksanakannya."
______ [ Semoga kita dimudahkan untuk mengajarkan kebaikan ] ____________

Minggu, 28 Desember 2008

Kisah Pencari Kebahagiaan Spiritual


Teruntuk mereka yang membutuhkan ramuan penghilang dahaga spiritual, mengharapkan ketenangan jiwa, pengusir kekecewaan beragama, merasa hampa dan kesepian hidup, yang mengajarkan kasih sayang universal, agama yang paling sederhana; sempurna; mudah diterima akal; praktis, tanpa kependetaan dan misteri, mengajarkan makna dan arah kehidupan sampai ada apa setelah kematian, ajaran untuk semua lapisan sosial; untuk semua warna kulit hingga melahirkan persaudaraan yang mengesankan....

Berikut kami layangkan kepadamu sebuah kisah dari saudari kami yang dengan hidayah-Nya, memperoleh kesejukan dan kebahagiaan spiritual setelah memeluk agama penuh kebaikan, agama Islam. Perkenakanlah, beliau Bahria Amatullah yang akan menemanimu dalam beberapa menit ke depan, untuk menceritakan pengalaman rohaninya menjadi sosok wanita muslimah. Dan sampai di sini kami -sahabat berbagilentera- bertegur sapa, insyaAlloh kita akan berjumpa lagi di artikel-artikel pengobat kegelisahan spiritual lainnya. Inilah kisahnya.

Awal Mula Perjalananku
“Allah yang Maha Bijaksana menciptakanku sebagai seorang muslimah dari keturunan Eropa Timur yang tinggal di Amerika Serikat. Kupikir, unik juga bagi seorang wanita putih dari sebuah kota kecil di daerah Barat Tengah untuk menjadi seorang muslimah. Kedua dunia itu rasanya terpisah jauh. Sayangnya, Islam adalah agama yang paling disalahpahami. Secara tak adil kaum muslimin dihubungkan dengan terorisme, barbarisme, radikalisme, dan kekerasan.

Masa kanak-kanakku tidak luar biasa. Sebagai seorang penganut Katolik Roma, aku pernah dibaptis, menghadiri perjamuan suci pertama, melakukan pengakuan pertama, menghadiri misa, dan pelajaran-pelajaran agama. Ibuku secara anggun berusaha menjelaskan, namun penjelasannya kelihatan bodoh. Bagaimanapun, toh kami memercayai Tuhan.

Banyak hal yang kudengar tak bisa kupahami. Aku punya pertanyaan-pertanyaan yang tak seorang pun dapat menjawabnya, kecuali secara samar. Aku tidak memahami Yesus a.s. Apakah ia manusia atau Tuhan? Aku tidak percaya bila ada seorang manusia yang berjalan di atas air atau melakukan mukjizat. Bagiku itu kedengarannya seperti David Copperfield menggunakan ilusi untuk mengelabui penonton.

Usiaku Bertambah, Hidupku Makin Gelisah

Suatu sore pada musim panas, menjelang usia 14 tahun, aku memanjat atap rumah kami. Aku mengagumi kecantikan rembulan. Aku heran, bagaimana seseorang dapat melihat pemandangan itu dan tak memercayai Tuhan. Aku sudah tidak menganut agama apapun waktu itu. Semua yang kuketahui adalah bahwa aku memercayai satu pencipta dari semuanya, Raja pada Hari Pembalasan. Aku merasa ingin memenuhi naluri spiritual tersebut melalui amalan, tidak sekedar pengakuan. Hingga aku pun berjanji kepada Tuhan untuk mengabdikan hidupku guna membantu orang lain. Allah memberkahiku hari itu dengan suatu tujuan, tetapi aku kurang pengarahan.

Aku segera terperangkap dalam gerakan-gerakan liberal. Rasisme adalah fokus utamaku. Juga, pendirian Katolik mengenai aborsi kedengarannya kolot. Adalah absurd bahwa seorang lelaki tua yang secara tidak alami membujang seumur hidup harus mengatur kehidupan seks kami. Khotbah untuk saling 'mengasihi' samar dan kekurangan isi.

Ketika aku berusia 17 tahun, aku pindah untuk hidup mandiri di kota. Selama beberapa tahun hidupku merupakan mimpi buruk. Aku goncang, tak tahu arah yang harus kutuju. Aku melayang-layang dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain, dari satu lelaki ke lelaki lain, dari satu tempat ke tempat lain. Aku tak pernah puas dari selalu mencari sesuatu yang bisa membuatku hidup bahagia.

Jalan Kebahagiaan Itu Mulai Tampak
Akhirnya aku membaca biografi Malcom X. Dalam hidup dan pengajarannya, aku menemukan arah yang kucari dengan putus asa. Aku telah menangkap sekelumit jalan lurus. Karena karunia Allah, jalan lurus itu kusimpan dalam hatiku. Surat-surat Malcom yang ia tulis di Mekkah sangat menyentuhku. Aku belum tahu lagi saat itu apa yang harus kulakukan dengan pengetahuan yang baru kutemukan itu. Namun, kini aku punya landasan yang kokoh untuk berjuang.

Saat itu satu-satunya alasan aku tidak memeluk Islam adalah karena pandangan pro-ku terhadap aborsi dan miskonsepsiku tentang status wanita dalam Islam. Kupikir memeluk seperti suatu loncatan menuju kegelapan. Aturan Islam mengenai dua hal itu terlalu bagiku yang berpandangan bebas dan angkuh. Namun, aku juga belum mengetahui mengapa aturan Islam harus begitu. Aku belum mau meninggalkan prinsip-prinsipku yang kuanggap menyenangkan karena aku belum memiliki pengaturan yang benar tentang bagaimana pengaruh, aturan-aturan Islam atas keadaan fisik, emosi, kesehatan, mental, dan spiritiualku. Namun berhubungan dengan komunitas Islam melalui sebuah stasiun radio bersama KUCB. Akan mendengar beberapa penyiar muslim dan terkesan oleh ketegaran, komitmen, dan pengetahuan mereka. KUCB dikecam FCC.

Dengan bimbingan Allah yang Pengasih aku pergi ke stasiun itu untuk menawarkan bantuan. Di sana aku berjumpa dengan Imam Ako Abdul Samad, wakil pemimpin stasiun itu. Imam Ako bertanya apa yang ingin kulakukan. Ia antusias mendukung keinginanku untuk melawan rasisme. Ketika aku memulai usaha itu, ia berperan penting. Tanpa pamrih, ia memberikan waktu, nasihat, dorongan dan menawarkan pengarahan yang jelas.

Akhirnya Kebimbanganku Tuntas Sudah
Aku mulai mengajukan beberapa pertanyaan. Imam Ako mulai menjawab dengan menjelaskan bahwa Islam berarti berserah diri kepada Tuhan yang Maha Esa dan muslim berarti orang yang berserah diri kepada Tuhan yang Esa. Allah adalah pencipta semua makhluk. Dulu aku mengakui bahwa kita semua menyembah Tuhan; prinsip yang penting itu kembali kepadaku. Aku mulai terkesan oleh keindahan konsep Satu Tuhan. Aku segera memperoleh jawaban-jawaban yang mudah kumengerti. Aku tak pernah menerima konsep tritunggal. Sekarang aku tahu apa sebabnya.

Kebingunganku tentang Yesus a.s kini menjadi jelas. Ia bukan anak Tuhan. Tuhan jauh di atas realitas reproduksi seksual. Di samping itu, standar yang memberi Yesus a.s gelar istimewa 'anak Tuhan' lebih tepat bagi Adam a.s yang tidak mempunyai ibu dan ayah. Yesus a.s hanyalah seorang nabi yang diutus Tuhan. Mukjizat-mukjizat yang ia lakukan bukanlah usahanya sendiri, melainkan dilakukan Allah melalui dirinya.

Kini aku juga mengerti kesadaranku mengenai aborsi. Islam meletakkan semua unsur dalam perspektif yang benar. Seperti banyak wanita muda lainnya, aku juga tersesat dengan berpikir bahwa anti-aborsi merupakan ancaman bagi hak-hakku sebagai wanita. Masalahnya, jauh lebih besar dari itu. Masalah sebenarnya adalah kemerosotan masyarakat yang terus-menerus karena kemiskinan, rasisme, melemahnya lembaga keluarga dan ikatan perkawinan, kebencian pada diri sendiri, dan kurang hormatnya pada kehidupan manusia yang menyebabkan banyak kehamilan di luar rencana. Faktor-faktor inilah yang menjadi masalah sehingga seorang wanita mempertimbangkan untuk menghentikan kehidupan dalam tubuhnya.

Hidupku Berubah dengan Kebenaran yang Satu
Setiap kehidupan adalah berkah dari Allah. Hidupku berubah untuk selamanya setelah aku memperoleh kebenaran Islam. Kebenaran-kebenaran sederhana yang begitu kuat dan praktis. Islam telah mengisi kehampaan yang tidak bisa diisi ideologi, gerakan-gerakan politik, dan sekte-sekte agama. Hanya ada satu Tuhan. Kebenaran itu telah menggunting penyangkalan-penyangkalan dan kebohongan-kebohongan yang kupegang secara putus asa.

Apabila dikehendaki Allah, aku akan terus menulis dan menyiarkan apa yang kupelajari. Adalah penting untuk menghilangkan miskonsepsi-miskonsepsi tentang Islam. Islam bukanlah masyarakat teroris, tetapi suatu masyarakat luas yang berjuang demi kedamaian, keadilan dan hak-hak manusia atas nama Allah.

Jelas kini aku memeluk Islam bukan karena sesuatu atau seseorang, melainkan karena kehendak Allah. Karena apabila Allah berkata “jadilah”, maka jadilah. Semua makhluk diciptakan dalam keadaan berserah diri kepada Allah. Karena kegilaan dunia inilah, kita terjauh dari kebenaran ini, terpenjara dalam materialisme, dan sebagainya. Melalui Islam, kita akhirnya berhubungan kembali dengan sifat yang dengannya kita lahir.

Gereja Katolik Roma memberiku landasan spiritual untuk tumbuh. Islam mempercepat pertumbuhan itu. Dengan kata lain, gereja memberiku suatu rasa dan Islam menyediakan cita rasa penuh.”. Selesai.

Sumber: Santri-santri Bule, Kesaksian Muslim Amerika, Eropa, dan Australia oleh Prof. Dr. Deddy Mulyana, M.A., halaman 102-107, judul artikel: Bahria Amatullah – Langkah Menuju Cahaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar